Kamis, 07 Februari 2013

hujan asam



Tujuan dari praktikum hujan asam, adalah :
1.      Untuk mengetahui apa yang di maksud ujan asam
2.      Untuk mengetahui proses terbentuknya ujan asam
3.      Untuk mengetahui dampak atau akibat yang di timbulkan oleh ujan asam terhadap kehidupan manusia dan lingkungan
4.      Untuk mengetahui upaya yang dapat di tempuh untuk mengurangi dan mencegah terjadinya ujan asam
Manfaat dari praktikum hujan asam adalah memberikan kita pengetahuan dan wawasan mengenai apa yang di maksud dengan ujan asam, mengetahui tentang prosese terjadinya ujan asam, dampak yang ditimbulkan oleh ujan asam terhadap kehidupan manusia dan lingkungan dan usaha yang dapat kita lakukan untuk mengurangi dan mencegah dampak buruk yang ditimbulkan oleh ujan asam.  Pengetahuan ini diharapkan semoga mampu meningkatkan kesadaran kita untuk menjaga lingkungan serta mengubah pola hidup untuk mendukung kelestarian lingkungan hidup.

Definisi Hujan Asam
Fenomena hujan asam mulai dikenal sejak abad 17, hal ini diketahui dari buku karya Robert Boyle pada tahun 1960 dengan judul “A General History Of The Air”.  Buku tersebut menggambarkan fenomena hujan asam sebagai “nitrous or salino sulforus spiris”.  Selanjutnya revolusi industri di Eropa yang dimulai sekitar awal abad 18 memaksa penggunaan bahan bakar batu bara dan minyak sebagai sumber utama energi untuk mesin-mesin.  Sebagai akibatnya, tingkat emisi precursor (faktor penyebab) dari hujan asam yakni gas-gas SO2, NOx, dan HCI meningkat.  Padahal biasanya precursor ini hanya berasal dari gas-gas gunung berapi dan kebakaran hutan.
Istilah hujan asam pertama kali digunakan oleh Robert Angus Smith pada tahun 1872 pada saat menguraikan keadaan di Manchester, dalam sebuah industri di Inggris bagian utara.  Smith menjelaskan fenomena hujan asam pada bukunya yang berjudul “Air and Rain: The Beginnings Of Chemical Technology”.  Hujan asam adalah hujan yang bersifat asam dari pada hujan biasa (hunter BT 2004 dalam Rahadiman, Arya 2009).  Deposit asam dari atmosfer dapat bersifat basa (dari hujan, salju, atau hujan es) atau kering (dari pertukaran turbulen dan pengaruh gravitasi yang tidak berkaitan dengan hujan). Hujan asam dikenal pertama kali pada tahun 1950, yaitu pada saat hujan asam tersebut memeberikan dampak negatif berupa air yang bersifat asam di danau Skandinavia dan kanada (Mukono 2000 dalam Rahardiman, Arya 2009). Istilah keasaman berarti bertambahnya ion hidrogen kedalam suatu lingkungan. Suatu lingkungan akan bersifat asam jika kemasukan ion hidrogen yang berasal dari asam sulfat (H2SO4) dan asam nitrat (HNO3). Satu reaksi penting dalam oksidasi sulfur dioksida adalah antara sulfur dioksida yang terlarut dalam hidrogen peroksida. Masalah hujan asam dalam skala yang cukup besar terjadi pada tahun 1960an ketika sebuah danau di Skandinavia menungkat keasamannya sehingga mengakibatkan berkurangnya populasi ikan. Hal tersebut juga terjadi di Amerika Utara, pada masa itu banyak pula hutan-hutan di bagian Eropa dan Amerika yang rusak. Sejak saat itulah dimulai berbagai usaha penanggulangannya, baik melalui bidang ilmu pengetahuan, teknis maupun politik. Hujan yang normal seharusnya adalah hujan yang tidak membawa zat pencemar dan dengan pH 5,6. Air hujan memang sedikit asam karena H2O yang ada pada air hujan bereaksi dengan C02 di udara. Reaksi tersebut menghasilkan asam lemah H2CO3 dan terlarut di air hujan. Apabila air hujan tercemar dengan asam-asam kuat, maka pHnya akan turun di bawah 5,6 maka akan terjadi hujan asam.
Hujan asam sebenarnya dapat mencegah Global Warming, gas buang seperti S02 penyebab hujan asam mampu memantulkan sinar matahari keluar atmosfer bumi sehingga dapat mencegah kenaikan temperatur bumi. Akan tetapi, efek samping dari hujan asam menghasilkan kerusakan lingkungan yang lebih parah dibandingkan global warming.

Dampak hujan asam terhadap kehidupan manusia dan lingkungan
Terjadinya hujan asam harus di waspadai karena dampak yang ditimbulkan bersifat global dan dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. Hujan asam memiliki dampak tidak hanya pada lingkungan biotik namun juga pada lingkungan abiotik, antara lain :
a.       Danau
Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya spesies yang bertahan. Terdapat hubungan yang erat antara rendahnya pH dengan berkurangnya populasi ikan-ikan di danau. pH di bawah 4,5 tidak memungkinkan bagi ikan untuk hidup, sementara pH 6 atau lebih tinggi akan membantu populasi ikan.
b.      Tanah
Efek tidak langsung dari hujan asam adalah efek terhadap tanah. Gejala ini menyebabkan terjadinya pencucian mineral seperti Ca, Mg, dan Potassium, yang merupakan mineral utama bagi pertumbuhan tanaman.
c.       Tumbuhan
Tanaman dipengaruhi hujan asam dalam berbagai macam cara. Lapisan lilin pada daun rusak sehingga nutrisi menghilang sehingg tanaman tidak tahan terhadap keadaan dingin, jamur, dan seranggga. Pertumbuhan akar menjadi lambat sehingga lebih sedikit nutrisi yang bisa diambil, dan mineral-mineral penting jadi hilang.
d.      Kesehatan Manusia
Dampak deposisi asam terhadap kesehatan telah banyak diteliti, namun ada yang nyata berhubungan langsung dengan pencemaran udara khususnya senyawa Nox dan SO2. Kesulitan yang dihadapi dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang, termasuk faktor kepekaan seseorang terhadap pencemaran yang terjadi.
e.       Korosi
Hujan asam juga dapat mempercepat proses pengkaratan dari beberapa material seperti batu kapur, pasir besi, marmer, batu pada dinding beton serta logam. Ancaman serius juga dapat terjadi pada bangunan tua serta monument termasuk candi dan patung. Hujan asam dapat merusak batuan sebab akan melarutkan kalsium karbonat, sehingga kristal pada batuan yang telah menguap. Seperti halnya sifat kristal semakin banyak akan merusak batuan.

















Hasil Pengamatan

Ø  Pada gelas 1 yang berisi air dan 1 sendok makan asam sitrat lalu dimasukkan batu bata, batu kali dan bunga kertas.  Beberapa saat kemudian batu bata yang dimasukkan kedalam larutan air tersebut mengeluarkan gelembung gas.  Begitupun batu kali sama-sama mengeluarkan gelembung gas, namun jumlahnya lebih sedikit dari gelembung gas batu bata.  Pada bunga pun terjadi reaksi yang sama.
Ø  Pada gelas 2 yang berisi air dan 2 sendok makan asam sitrat lalu dimasukkan batu kali, batu bata dan bunga kertas.  Dengan reaksi batu bata dan bunga yang mengeluarkan gelembung ketika dimasukan kedalam gelas, kemudian airnya yang berubah menjadi keruh akibat batu bata yang sedikit larut.
Ø  Pada gelas ke 3 yang berisi air, 3 sndok makan asam sitrat, kemudian dimasukan material dengan urutan bunga, batu kali, bunga. Dengan reaksi sedikit adanya perubahan bentuk pada batu dan adanya perubahan suhu air yang menurun atau menjadi dingin sehingga efeknya gelas bagian luar berembun.
Ø  Sementara di gelas yang ke 4 gelas yang berisi air, dengan tanpa dicampur asam sitrat, kemudian dimasukan material dengan urutan  batu bata, batu kali, dan bunga. Pada gelas ini sama sekali tidak ada reaksi yang signifikan hanya saja semua materi yang dimasukan mengeluarkan gas atau gelembung tanpa mengubah suhu, dan warna air.














FOTO DOKUMENTASI
 

  

   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar